*This post is written in Bahasa Indonesia for better expression. Originally posted on March 7th, 2009.
Saya tiba-tiba teringat, waktu saya pergi ke Jepang dalam rangka AFS-Jenesys Short Programme, pernah ada kejadian seperti ini.
Shinkansen (bullet train/kereta peluru/kereta mirip pesawat bermoncong di depan dan belakang tapi ga bersayap dan ga berbaling-baling) melaju dengan cepat menempuh jalur Akita-Tokyo. Saya merupakan salah satu penumpangnya.
 |
Shinkansen
(Sumber gambar: http://shibuya246.com/2010/02/21/akita-shinkansen/)
|
Di perjalanan itu, saya duduk bersebelahan dengan seorang teman dari Thailand, namanya Jan. Jan anak yang imut dan murah senyum.
Setelah beberapa jam perjalanan, saya perlu ke toilet.
Saya: "Jan, could you accompany me to the toilet?"
Jan: "Yeah, sure."
Jadilah kami berdua beranjak dari tempat duduk, menuju ke pintu gerbong. Toiletnya memang ada di balik tiap pintu gerbong.
Jan berjalan mendahului saya.
Di ujung gerbong, pintu tiba-tiba tergeser membuka, menampakkan semacam ruangan kecil tempat 2 toilet berhadapan. Saya pikir Jan yang tadi membukanya. Makanya setelah Jan berlalu, saya--dengan niat sok-sokan jadi contoh pelajar Indonesia yang baik--meraih pegangan pintu tersebut dengan gerakan yang anggun dan senyum di wajah, berniat menutupnya demi kesopanan dan kenyamanan penumpang lainnya.
Tapi, keanehan terjadi.
Saya: (menarik-narik pintu, berusaha menggesernya agar menutup)
Pintu: (tidak bergeser secuil pun)
Loh kok pintunya kaya yang nyangkut gini? Kok ga bisa digeser sih???
Wah, ini pasti si Jan tadi ngebukanya ga bener nih.
Mute: "Jan! (diam dulu sebentar, berpikir. bahasa inggrisnya pintu nyangkut apa ya?)
Jan: ... (sepertinya bingung)
Mute: "Jan, it's stuck! It's stuck! (menarik pintu kencang-kencang, sikap anggun terlupakan)
Jan: ??? (tambah bingung)
Ya ampun dia ini, masa ga ngerti saya ngomong apa?
Di waktu yang sama, saya sadar kalau penumpang-penumpang lain mulai pada ngeliatin saya yang teriak-teriak sambil narik-narik pintu. Mungkin mereka berpikir, "Itu anak bule ngapain?".
*Yes, I was considered as 'bule' there, haha
Tapi karena udah terlanjur malu, saya terus bersikukuh.
Saya: "
JAN! IT'S STUCK, IT'S STUCK! THE DOOR IS STUCK!!!" (sudah mulai histeris, tapi tetap
keukeuh narik-narik pintu)
Jan: (senyum-senyum malu) "It's okay, leave it."
Saya: (narik pintu untuk terakhir kalinya) "It's stuck..." (mulai lelah)
Jan: It's okay. Come here.
Saya pun menyerah dan meninggalkan pintu itu, lalu berniat masuk ke toilet untuk pipis.
Tiba-tiba terdengar suara keras, seperti suara pintu geser yang menutup. Refleks, saya membalikkan badan untuk kemudian melihat.
PINTU GERBONG TADI TERTUTUP!!!
Seketika saya menyadari, itu pintu
OTOMATIS loooh. #OhSoClever
Pantes aja tadi penumpang-penumpang lain pada ngeliatin.
Pantes aja tadi si Jan senyum-senyum ga jelas.
Ternyata...
Haduuuh, 'Indonesia' banget sih lu!
-Mutia
P.S. Maksud dari 'Indonesia' banget adalah saya yang terbiasa dengan pintu-gerbong-kereta-di-Indonesia-yang-harus-dibuka-sendiri tidak menyadari bahwa di negara lain seperti Jepang, sistem pintunya sudah otomatis.